Rabu, 29 Januari 2014

Napak Tilas Kota Singa




Ada yang menjuluki Singapura sebagai “si titik merah yang kecil”. Namun eksistensi Singapura di dunia saat ini sudah jauh lebih besar dari julukannya itu. Sebenarnya, Singapura merupakan kota kosmopolitan yang sibuk, menawarkan gaya hidup berkelas, dengan panorama yang dipenuhi dengan bangunan tinggi dan taman-taman rimbun. Satu sisi menarik di Singapura adalah tempat bertemunya ragam budaya. Dimana orang dari berbagai etnis dan kepercayaan hidup berdampingan. Selain pengalaman multi-budaya yang dinamis, masih banyak hal menari yang akan ditemukan di sini.

Napak Tilas Kota Singa
Catatan sejarah awal Singapura masih belum dapat dipastikan keabsahannya. Sebuah catatan dari Bangsa Tionghoa pada abad ketiga menyebutnya sebagai "Pu-luo-chung", atau "pulau di ujung semenanjung ". Lalu, kota pulau ini disebut sebagai Temasek ("Kota Laut"), seiring saat pemukiman pertama didirikan pada tahun 1298-1299 Masehi.

Pada abad ke-14, pulau kecil berlokasi strategis ini mendapatkan julukan baru. Menurut legenda, Sang Nila Utama, seorang Pangeran dari Palembang (ibukota kerajaan Sriwijaya), sedang berburu ketika matanya tertuju pada seekor hewan yang belum pernah ia jumpai sebelumnya. Karena dianggap pertanda baik, ia kemudian mendirikan sebuah kota di mana hewan itu ditemukan, dan menamainya "Kota Singa” atau Singapura, yang diambil dari bahasa Sansekerta "simha" (singa) dan "pura" (kota).

Di masa itu, Singapura diperintah oleh lima raja Singapura kuno. Letaknya di ujung Semenanjung Melayu. Singapura menjadi titik pertemuan alami rute pelayaran. Pulau ini juga berguna sebagai pusat perdagangan berbagai kapal laut yang berkembang pesat. Mulai dari kapal tradisional dari negeri Cina, kapal dagang India, kapal layar Arab, kapal perang Portugis, hingga perahu layar Bugis.

Periode terpenting  dalam catatan sejarah Singapura berikutnya adalah selama abad ke-19. Ketika Singapura modern didirikan. Pada saat itu, Singapura sudah menjadi pusat perdagangan yang berpotensi besar di sepanjang Selat Malaka. Inggris pun menyadari perlunya untuk memiliki pelabuhan di kawasan ini, di mana para pedagang Inggris memerlukan sebuah tempat strategis untuk mengisi perbekalan, tempat singgah untuk melindungi armada niaga kerajaannya yang berkembang pesat, serta untuk menahan gerak maju Belanda memasuki kawasan ini.

Ketika itu Letnan-Gubernur Bencoolen (sekarang disebut Bengkulu) dari Sumatera, Sir Thomas Stamford Raffles mendarat di Singapura pada tanggal 29 Januari 1819, setelah menjelajahi pulau-pulau di sekitarnya.

Menyadari besarnya potensi pulau yang tertutup rawa ini, ia lalu membantu untuk melakukan perundingan dengan penguasa setempat, untuk menjadikan Singapura sebagai sebuah pusat perdagangan. Tak lama, kebijakan perdagangan bebas di pulau ini pun berhasil menarik para pedagang dari seluruh Asia dan dari negeri-negeri jauh seperti Amerika dan Timur Tengah.

Di tahun 1832, Singapura menjadi pusat pemerintahan untuk sekelompok wilayah kekuasaan atau Negeri-Negeri selat, yang terdiri dari Penang, Malaka, dan Singapura. Dengan dibukanya Terusan Suez di tahun 1869, dan penemuan telegraf serta kapal uap, peran Singapura sebagai pusat perdagangan yang menggabungkan antara dunia Timur dan Barat meningkat sangat pesat antara tahun 1873-1913. Kemudian di tahun 1860, negeri yang sedang berkembang ini kemudian memiliki populasi yang telah tumbuh pesat dari hanya 150 penduduk pada tahun 1819, menjadi 80.792 penduduk. Sebagian besar terdiri dari etnis Tionghoa, India, dan Melayu.

Namun, perdamaian dan kemakmuran negeri ini menderita pukulan berat selama Perang Dunia II. Ketika diserang oleh pesawat udara Jepang pada tanggal 8 Desember 1941. Meski dulu dianggap sebagai benteng yang tak terkalahkan, Singapura pun jatuh dalam penyerbuan Jepang pada tanggal 15 Februari 1942. Negeri ini lalu menjadi jajahan Jepang selama tiga setengah tahun ke depan.

Saat Jepang menyerah di tahun 1945, negara ini kemudian diambil alih oleh Pemerintahan Militer Inggris. Dan tetap dalam kekuasaan Inggris sampai lalu Negeri-Negeri Selat yang terdiri dari Penang, Melaka, dan Singapura dibubarkan. Pada bulan Maret 1946, Singapura menjadi negara Koloni Kerajaan Inggris.

Tahun 1959, pemerintah independen Singapura berdiri, dengan dilakukannya pemilihan umum pertama. People’s Action Party (PAP) memenangkan mayoritas 43 kursi dan Lee Kuan Yew menjadi perdana menteri pertama Singapura. Di tahun 1961, Malaysia mengajukan usulan untuk bergabung menjadi satu antara Singapura, Negera Federasi Malaya, Sarawak, Borneo Utara dan Brunei. Pada sebuah referendum yang dilakukan di Singapura pada tahun 1962 menghasilkan mayoritas dukungan suara bergabung dengan Malaysia. Kemudian Malaysia terbentuk di tahun 1963 yang terdiri dari Negara Federasi Malaya, Sarawak, Singapura dan Borneo Utara (sekarang disebut Sabah). Tapi, persatuan ini terbukti tidak berhasil. Kurang dari dua tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 9 Agustus 1965, Singapura berpisah dengan Malaysia untuk menjadi negara demokratis yang merdeka dan berdaulat.

Saat ini, Sobat bisa pelajari warisan sejarah Singapura yang kaya, dengan mengunjungi banyak monumen nasional, museum, dan monumen peringatan yang berada di seluruh kota ini. Dalam perjalanan wisata Sobat ke Singapura, jangan lupa untuk berjalan-jalan di salah satu jejak sejarah yang begitu banyak, dan kunjungilah bangunan-bangunan yang terkenal saat berwisata ke Singapura.

Yuk Booking ticketnya di:
Srikandi Tour and Travel; cheaper, faster, 24 hours
Revio Building Lt. 2
Jl. Kaliwaron 58-60 Surabaya 60285
Phone: 082141606278           
BB : 29F6B6B4

Ready Pesawat Dan Kereta Api

Ingin info unik dan menarik plus tips-tips all about Singapura?
Follow kami: @eksotiksingapor